Ini Riwayat Origamiku
Memantas Lipatan Kertas Ttg saya dan sanggar origami dalam frame Andy, wartawan dari komputeraktif.com Selain hasilnya pas untuk hiasan, seni melipat kertas bisa menjadi aktivitas menyenangkan. Maret 2003, Fajar Ismayanti terbang ke Jepang. Wanita yang pada 28 Mei mendatang genap berusia 34 tahun ini mengikuti sang suami, Bambang Setia Budi (32) yang sedang melanjutkan pendidikannya di Toyohashi Univercity of Technology, mengambil program Doktor (S3) bidang Sejarah Arsitektur. Di negeri Sakura, Maya, panggilan akrab wanita kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur ini merasa menemukan kembali hobi masa kecilnya: origami. Sebelum ke Jepang, ia sendiri terampil menghasilkan lima sampai 10 model dengan seni lipat kertas tersebut. Wawasan ibu empat anak ini semakin terbuka. Surga origami ini sering menyelenggarakan konferensi seni melipat kertas tingkat dunia. Ribuan model, baik yang tradisional (tanpa nama kreator) maupun kontemporer (disertai nama pembuatnya) lahir dari tangan seniman sampai sekadar penggemar. Apalagi, secara tidak sengaja ia bertemu dengan seorang sensei (guru) origami di Toyohashi, kota yang ia tempati. Maya pun berguru kepadanya. Secara serius, ia berlatih giat, hingga bisa menjadi asisten sang sensei. Maya pun menjadi anggota NOA (Nippon Origami Association), dan berhasil memperoleh sertifikat berkualifikasi dari asosiasi tersebut, setelah menempuh berbagai ujian. Kini ia bergelar sensei, dan layak mengajar. "Saat ini saya mengajar origami di sebuah Sekolah Dasar di kota Toyohashi, Jepang," katanya via e-mail. Berbagi Ilmu ke Berbagai Penjuru Nasionalismenya tidak hilang.
Maya ingin mengembangkan dan mengajarkan ilmu origami yang ia peroleh ke banyak orang di Indonesia. "Saya percaya, banyak sekali yang bisa diajarkan pada mereka, dan banyak orang yang pasti akan menyukai, terutama anak-anak," katanya. "Namun, karena kami masih berada di Jepang, kami hanya bisa melakukan apa yang saat ini paling mudah kami lakukan, yakni membuat situs," tambah Maya. Bambang turun tangan membantu sang istri. Jebolan program Master (S2) Arsitektur Institut Teknik Bandung ini mengaku bukan seorang desainer web, dan baru pertama kali ini membuat web. "Sekalian buat latihan. Saya membangun situs itu hanya karena kebutuhan, bahwa itu yang bisa dilakukan dengan segera sebagai sarana awal untuk mengembangkan origami di Indonesia, dan khususnya membantu istri untuk lebih bisa berkarya dalam bidang origami," katanya. Perlu waktu sekitar dua minggu, akhirnya situs yang beralamat di www.sanggar-origami.com resmi mengudara Januari 2005. Situs ini pun menjadi situs khusus origami satu-satunya yang berbahasa Indonesia. "Namun yang menarik, dari data statistik kami, meski berbahasa Indonesia, para pengaksesnya mencapai lebih dari 20 negara setiap bulannnya, sejak diluncurkan. Kami sendiri belum tahu kenapa. Bahkan, pengakses terbanyak selalu ditempati dari negara Amerika dan Jepang," kata Maya. Edukasi Online Sanggar-origami.com sendiri terlihat sangat sederhana. Halaman depannya begitu luas dan kosong, karena materi yang tampil memang sangat minim. Karena tidak menggunakan batasan resolusi, tulisan di dalamnya akan melebar saat Anda memperbesar tampilan. Di bagian kiri halaman awal, ada kolom berwarna merah jambu (yang juga muncul di setiap halaman) dihiasi burung kertas lipat warna-warni, berikut keterangan hak cipta. Di sebelah kanannya, ada link info, agenda, kelas, galeri, studio, kafe, dan link. Masing-masing dihiasi gambar origami kecil. Bagian bawah memuat kanal interaksi dengan pengunjung, dan juga informasi tentang pembuat situs. Bambang yang meng-update situsnya sekitar dua minggu sekali, mengaku berusaha sebisa mungkin selalu memberikan materi berupa karyanya dan istrinya. "Untuk karya-karya, kami membuat sendiri, memotret sendiri, mengedit gambar dan meng-upload-nya. Begitu pula model-model, cara membuatnya, dan artikel-artikel. Pada cara membuat model, baik tahapan maupun kata-kata penjelasnya, kami susun sendiri sesuai dengan pengalaman kami," jelas Bambang. "Kecuali sebagian di bagian berita/info, dengan tetap merujuk sumbernya," tambahnya. Termasuk juga proyek membuat origami dari rubrik Edukasi komputerakt!f edisi 11 (terbit 26 September 2001) yang dimuat di situs www.komputeraktif.com, yang ia muat di "info terbaru", bagian "aktifitas", dan sudah masuk ke "ARSIP". Uniknya, di setiap sesi, ada teks cuplikan yang selalu diakhiri dengan kata [douzo!]. Mungkin maksudnya douzou, yang berasal dari bahasa Jepang, berarti "silakan". Situs ini juga menampilkan galeri origami dan karya-karya yang dihasilkan. Ada hasil karya dari sanggar, dan dari para anggota mailing list (milis) origami_indonesia. Milis ini Maya bangun pada Juni 2004. "Membentuk komunitas itu sangat penting. Milis ini sebenarnya kami harapkan bisa menjadi cikal bakal komunitas origami di Indonesia," kata Maya yang bertindak selaku moderator. "Saya mengajarkan pengenalan origami secara online, membimbing peserta (anggota) untuk mengenal sekaligus latihan dasar-dasar origami melalui e-mail." Anggota milis hingga saat ini mencapai jumlah 96 orang. Paling banyak berada di Jakarta. Mereka yang tinggal di Jakarta sering melakukan pertemuan rutin, dan tergabung dalam klub "Origami Class Jakarta". ANDY